Kitamulai kisah pembunuh Sayidina Husain dari awal. Sebelum ditugaskan di Karbala, Umar bin Saad[panglima perang pasukan Yazid, putra Saad bin Abi Waqash] sudah mendapat perintah untuk pergi ke sebuah daerah di Persia, dan menjadi gubernur di sana. Namun, Ibnu Ziad memberikan tawaran lain, yakni membunuh Sayidina Husain. Oleh Iwan Mahmoed Al FattahSejarah telah mencatat bahwa ada salah satu peristiwa kelam dalam peradaban Islam yang dimana peristiwa itu sampai sekarang tidak akan pernah bisa dilupakan yaitu dengan terbunuhnya salah satu cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib Ra pada suatu tempat yang bernama Karbala Irak. Begitu kelamnya peristiwa tersebut sampai nyaris memusnahkan semua anggota Keluarga Nabi. Hanya karena kuasa Allah 2 orang penerus keturunan Nabi Muhammad SAW berhasil terselamatkan, yaitu Hasan bin Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra Hasan Mutsanna dan Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib Ra Ali As-Sajjad. Hasan Mutsanna lebih dahulu diselamatkan oleh salah satu wanita Quraish dan segera dibawa ke Madinah untuk diobati sedangkan Ali Zaenal Abidin saat itu tetap berada di Karbala dalam kondisi demam. Ali Zaenal Abidin berkat perjuangan heroik dari Sayyidah Zaenab binti Ali bin Abi Thalib RA berhasil lolos dari kematian Al Husain Ra yang dilakukan oleh orang Islam sendiri adalah sebuah fakta sejarah yang cukup menyakitkan namun juga bisa menjadikan kita sebuah pembelajaran. Betapa demi mempertahankan sebuah kekuasaan mereka yang katanya pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW bisa tega membantai cucunya. Demi kekuasaan, manusia bisa berubah menjadi Iblis, apapun bisa dilanggar selama itu bisa memuaskan hatinya termasuk menghabisi orang-orang yang pernah dekat dengan Nabi bahkan yang merupakan darah daging Rasul. Yang tidak masuk akal mereka melakukan itu semua tanpa ada belas kasih sedikitpun. Seolah yang mereka bunuh binatang, padahal binatang saja tidak boleh diperlakukan dengan buruk. Dengan jumlah pasukan 4000 orang lengkap dengan pasukan berkudanya, mereka bertindak kejam dan brutal terhadap rombongan Sayyidina Husein Ra yang hanya berjumlah 80 orang, itupun sebagian terdiri dari rombongan Sayyidina Ali datang ke Kufah bukanlah untuk menuntut kekuasaan, namun Al Husain Ra datang dalam rangka meminta dan mengingatkan Yazid agar segera menegakkan Syariat Islam dengan baik. Al Husain Ra bukanlah tipe orang yang haus akan kekuasaan. Beliau tentu sudah belajar bagaimana resiko ayah dan kakaknya ketika menjadi pemimpin ummat ditengah suasana yang sering terjadi konflik. Betapa beratnya kondisi tersebut. Al Husain ra datang semata-mata untuk beramar maโ€™ruf nahi mungkar termasuk kepada penguasa seperti Yazid. Yazid sendiri memang sangat berbeda dengan ayahnya, Muawiyah yang mempunyai kepedulian terhadap Islam, Yazid lebih mementingkan kehidupan duniawinya sehingga banyak syariat Islam yang sering dilanggarnya, inilah yang menjadi alasan Al Husain Ra kenapa mau datang ke Kufah, disamping itu juga datang ke Kufah guna memenuhi undangan masyarakatnya yang merasa tidak nyaman dengan tingkah dan pola kepemimpinan Yazid. Sebagai sosok yang sangat tegas dan disiplin dalam menjalankan syariat Islam jelas Al-Husain ra tidak bisa tinggal diam melihat perilaku Yazid ini. Dari mulai awal diangkatnya saja, Al Husain Ra sudah merasa keberatan mengingat jejak rekam Yazid yang kurang baik. Oleh karena itu Al Husain merasa wajar dan berhak mengingatkan Yazid untuk tidak terus menerus berprilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Yazid cenderung hedonisme, dia sering mabuk-mabukan sehingga sering dijuluki Yazid Si Khumur. Ia mengawini budak-budak, anak-anaknya, dan saudara perempuannya serta pemabuk dan meninggalkan sholat. Kegemaran bermain dengan wanita disertai musik dan arak seolah sudah menjadi bagian hidupnya. Inilah yang menjadi alasan Al Husain Ra datang ke Kufah walaupun nantinya terhenti di keinginan Al Husain Ra ke Kufah sudah dihalangi banyak sahabat mengingat karakter penduduknya yang tidak bisa dipercaya, ini terbukti pernah terjadi pada masa Khalifah Ali dan Al Hasan yang mereka khianati sehingga mengakibatkan Khalifah Ali ra & Al Hasan Ra terbunuh. Banyak sahabat yang menangis ketika melihat beliau bergerak meninggalkan Madinah. Bahkan Abdullah bin Umar sampai mencium badan depannya demi mengingat bagaimana Rasulullah SAW dulu pernah mencium badan tersebut. Al Husain Ra memang sosok yang keras hati dan penuh prinsip. Beliau tidak akan pernah mundur jika dirasa itu benar, jiwanya seperti batu karang yang kukuh, apalagi bila dihadapannya terdapat kota Kufah dan Madinah saat itu memang sangat berbeda, Kufah kota yang penuh dengan intrik dan masalah, sedangkan Madinah adalah kota yang penuh kedamaian. Namun apa mau dikata sekalipun para sahabat sudah mati-matian mencegah Al Husain Ra, perjalanan menuju Kufah tetap dilaksanakan dengan membawa misi menegakkan kebenaran dan menuntut keadilan, sampai kemudian singkat cerita, Al Husain Ra, anak-anak dan pengikutnya syahid di Karbala dengan kondisi yang mengenaskan dan terbunuh, pada tubuh Sayyidina Husein Ra terdapat 33 tikaman dan 34 tebasan pedang. Selain itu dengan tanpa merasa bersalah, para pembunuh keji dari pasukan Ubaidullah bin Ziyad mencincang tubuh mulia tersebut, mereka juga memenggal kepalanya untuk kemudian dibawa dan dihadapkan kepada penguasa yang memerintahkan penyerangan tersebut bahkan juga dipertontonkan kepada masyarakat agar menjadi takut kepada penguasa yang ada saat itu. Hampir semua anak-anak beliau tewas dibunuh kecuali Ali Zaenal Abidin Assjjad.Selesai melakukan pembantaian dan pencincangan terhadap tubuh Al Husein Ra, pasukan Kufah yang dipimpin oleh Ubaidilah bin Ziyad yang sudah gelap mata, beramai-ramai menggerayangi jenazah para pahlawan syahid dan mengambil apa aja yang dapat mereka bawa. Jenazah para pengikut Al-Husain ra semuanya sudah tidak berkepala lagi, bahkan diantaranya ada yang tidak bertangan dan tidak berkaki. Kuda dan unta yang sudah tidak bertuan lagi mereka kejar dan perebutkan. Para pembunuh Al Husain Ra benar-benar keji dan kejam. Setelah Al Husain Ra tewas bersimbah darah, seluruh barangnya ikut dirampas, termasuk barang-barang milik keluarganya. Tanpa malu-malu bahkan mereka menyerbu perkemahan wanita dan anak-anak dari rombongan Al-Husain Ra yang telah ditinggalkan sama sekali oleh pria yang mengawal keselamatannya. Kalau saja tidak ada perlawanan dari Sayyidah Zaenab binti ALi, wanita-wanita yang ada saat itu bisa mereka perlakukan secara tidak senonoh. Saat itu mata mereka sangat liar dan buas ketika melihat wanita-wanita yang ada di penyerangan terhadap Al Husain Ra dan pengikutnya, banyak dari pembunuh tersebut bergembira ria. Ubaidillah bin Ziyad sang manusia kejam kaki tangan Yazid bin Muawiyah sudah membayangkan bagaimana kira-kira hadiah yang akan di terimanya dari Maharaja Yazid bin Muawiyah. Yang tidak kalah mengerikan dari mereka, untuk menyenangkan hati Yazid bin Muawaiyah mereka telah memperebutkan kepala jenazah pengikut Al Husain Ra sebanyak mungkin. Kepala-kepala tersebut akan dijadikan bukti kalau mereka berjasa dalam menumpas rombongan Al Husain Ra, makin banyak kepala yang berhasil dikumpulkan akan makin banyak hadiah yang akan diterimanya. Suku Kindah yang dipimpin Qais bin Asyโ€™ats berhasil mengumpukan 13 kepala, Suku Hawazin yang dipimpin oleh Syammar Dzil Jausyan berhasil mengimpulkan 20 kepala. Bani Tamin dan Bani Asad masing masing berhasil mengumpulkan 17 kepala Sayyidina Husein Ra menurut sebagian sejarawan Islam dimakamkan di Cairo Mesir. Sebelum dimakamkan di Mesir, kepala beliau sempat berapa kali pindah tangan ke beberapa wilayah yang dilewati sehingga lama kelamaan kondisinya pun menjadi tidak layak, saat menuju kediaman Yazid kepala beliau diperlakukan dengan cara yang tidak layak bahkan sempat dipermainkan. Namun pada akhirnya kepala beliau akhirnya diperlakukan dengan cara khidmat dan hormat oleh orang Mesir hingga kemudian dimakamkan dengan tragedy Karbala tersebut, bagaimana nasib orang-orang yang terlibat pembunuhan terhadap Al-Husain Ra dan pengikutnya ?Sejarah mencatat semua orang yang dahulu pernah terlibat dalam membunuh Sayyidina Husein Ra mengalami nasib sial. Seorang penulis sejarah Islam kenamaan bernama Ibnu Hajar, dalam tulisannya mengungkapkan bahwa sepeninggal Al Husein Ra ternyata tak ada seorang pun yang terlibat dalam pembunuhan itu yang terhindar dari siksa dunia setimpal dengan perbuatannya. Ada yang mati terbunuh, ada yang buta dan ada pula yang tibaโ€”tiba mukanya berubah menjadi hitam lebam, sampai kehilangan kekuasaan dalam waktu yang pernah terlibat pada tragedy karbala sepanjang hidupnya terus diburu oleh orang-orang yang tidak terima akan perlakuan keji diketahui setelah pembantaian Karbala berlalu muncullah beberapa penyesalan yang dialami oleh sebagian penduduk Kufah. Penduduk Kufah inilah yang dahulu mengundang Al Husain Ra untuk datang membaiatnya. Namun apa lacur ? ternyata setelah AL Husain Ra hingga tiba di Padang Karbala, mereka mendadak bungkam bahkan kemudian ikut terlibat mendukung rezim Yazid. Sekalipun demikian diantara sekian banyak penduduk Kufah ada beberapa sahabat Nabi yang kemudian menyesali diamnya mereka, oleh karena itu untuk menebus itu mereka pun melakukan sebuah gerakan dengan nama TAWWABUN orang-orang yang bertaubat dibawah kepemimpinan Sulaiman bin Sarad Al Khuzaiโ€™y. sosok sahabat Nabi ini berumur panjang, pada waktu peristiwa Karbala dia berusia 93 tahun. Dia sosok yang sangat dekat dengan Khalifah Ali Ra di Kufah, dimana ada Imam Ali ra disitu ada Sulaiman, apalagi saat-saat genting di Kufah. Dai merasakan betul bagaimana terguncangnya batin dirinya saat melihat perlakuan Ubaidillah bin Ziyad terhadap Ahlul bait Nabi dan juga kepala Al Husain Ra, namun karena posisinya yang hanya seorang rakyat biasa, dia hanya bisa diam saat itu. Namun akhirnya setelah melakukan renungan mendalam, ia pun akhirnya bertaubat untuk kemudian kembali jihad menegakkan kebenaran. Berkat ajakan taubatnya, pemerintahan Bani Ummayah mulai cemas. Sulaiman bin Sarad sendiri akhirnya gugur dalam sebuah peperangan melawan pasukan Ubaidillah bin Ziyad. Setelah menyelesaikan tugas memenuhi kewajiban menebus dosa dengan mengorbankan jiwa untuk membela kebenaran, Sulaiman bin Sarad gugur dengan hati lega. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Al Mukhtar bin Ubaidillah Ats-tsaqafi yang merupakan tenaga muda yang masih segar dan lincah. Kefanatikan Kaum Tawwabun dibawah kepemimpinan Al Mukhtar berhasil mendesak Ubaidillah bi Ziyad yang selama ditakuti banyak orang. Pada akhirnya gerakan Tawwabun ini mampu memberikan pelajaran setimpal kepada mereka yang pernah zalim kepada Al Husain, sekalipun perbuatan mereka ada yang mungkin dianggap keji dan kontroversial terutama pada sosok Al Mukhtar, namun faktanya orang-orang yang pernah terlibat membunuh Al Husain Ra semua merasakan akibat mereka-mereka yang mengalami nasib tragis setelah pembunuhan Karbala adalah 1. Seorang penduduk Kufah pernah menghina Al Husain Ra di depan beberapa orang dengan mengatakan Al Husain Ra fasik, seketika itu juga Allah melemparkan noktah putih dari langit ke matanya sehingga ia buta saat itu juga dan ini disaksikan oleh Abu Raja Al Seorang laki-laki yang pernah terlibat pembunuhan Karbala, berkata dia di depan penduduk Kufah โ€œWahai penduduk Kufah kalian memang pendusta! Kalian bilang bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Al-Husain Ra telah dimatikan Allah dalam kondisi Suโ€™ul Khatimah, atau terbunuh secara keji. Buktinya, aku masih hidup pada aku berada di tempat kematiannya ketika itu, bahkan kini aku mempunyai harta yang banyak. Tidak lama dari perkataan itu, pria tersebut berencana mematikan lentera di sebuah ruangan. Pria itu berusaha mengeluarkan sumbu lampu dengan jari tangannya, namun tiba-tiba api menyambar jari tangannya. Ia berusaha memadamkan api dengan meniupnya, tetapi ketika jari itu didekatkan dengan mulutnya api justru menyambar jenggotnya, ia pun berlari ke kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya, namun justru api itu tetap menyala di dalam air dan membakar tubuhnya sampai hangus seperti Al Aโ€™masy pernah bercerita โ€œAku mendengar perihal seorang laki-laki yang sengaja buang air besar di atas makam Al-Husain Ra bin Ali. Maka Allah menimpakan penyakit gila, lepra, sopak dan berbagai penyakit serta musibah terhadap keluarganya.โ€4. Para pembunuh Al husain Ra juga menjadi buronan dari Al Mukhtar bin Abu Ubaid At Tsaqofi yang ingin menuntut balas. Satu persatu banyak yang tertangkap, mereka kemudian dibunuh dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan Syamr bin Dzul Jausyan berhasil disergap pasukan Al Muhktar dan berhasil dibunuh, jasadnya lalu dilemparkan untuk makanan Khauli bin Yazid Al Ashbahi juga tertangkap pasukan Al Mukhtar kemudian dibunuh dan jasadnya dibakar. Pasukan Al Muhktar menghukumnya demikian karena dialah yang membawa kepala Al Husain Umar bin Saโ€™ad bin Abu Waqash juga mati terbunuh, ia adalah komandan pasukan yang membunuh Al Husain Ra Anaknya bernama Hafsh juga ikut dibunuh. Sangat disayangkan Umar ini bisa terlibat pada peristiwa Karbala mengingat ayahnya adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal Sinan bin Anas, laki-laki yang dituduh sebagai pembunuh Al Husain Ra lari dan menjadi buronan, namun rumahnya Hakim bin Thufail Ath-Thai, orang yang memanah Al Husain Ra, ia juga dibunuh pasukan bin Shabah Ash-Shad yang memanah Al Husain Ra juga Ubaidilah bin Asad Al Juhani, Malik bin Nasir Al Kindi, Haml bin Malik Al Muharibi dari Qadisiah diringkus dan dibunuh pasukan Al Ziyad bin Mali Adh Dhubai, Imran bin Khalid Al Atsari, Abdurrahman bin Abu Hasykah Al Bajali, Abdullah bin Qais AL Khaulani juga dibunuh karena orang-orang inilah yang dahulu merampas bahan pewarna pakaian yang dibawa Al Husain Abdullah Abdurrahman bin Thalhah, Abdullah bin Wuhaib Al Hamdani, ditangkap dan Usman bin Khalid Al Juhani, Asma Bisyr bin Samith Al Qabisi dibunuh, keduanya terlibat dalam pembunuhan Abdurrahman bin Aqil dan merampas barang-barang miliknya, setelah ditangkap keduanya dibunuh dan UBAIDULLAH BIN ZIYAD. Dialah yang menjadi pemimpin pasukan Karbala. Ubaidilah dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Al Mukhtar berhasil dikalahkan. Dia dibunuh langsung oleh Al Mukhtar setelah itu kepalanya kemudian dipenggal seperti dulu dia memperlakukan kepada Al Husain Ra. Allah menakdirkan Ubaidullah bin Ziyad terbunuh pada hari Asyura 10 Muharam tahun 67 H, persis seperti hari kematian Al Husain Ra di Karbala. Al Mukhtar kemudian mengirim kepada Ubaidullah ke Abdullah bin Zubair, lalu kepala itu dikirimkan kepada Ali bin Al Husain Ali Zaenal Abidin. Sekalipun demikian Imam Ali Zaenal Abidin Ra tidak pernah mau ikut melibatkan diri dengan gerakan ini karena dia sudah belajar banyak bagaimana dulunya kakeknya, pamannya, ayahnya dikhianati berkali-kali di bin Namir, terbunuh dalam perang melawan Al Sinan bin Anas, mengaku dirinya mengaku membunuh Al Husain Ra di hadapan massa dalam sebuah pertemuan yang digagas oleh Hajjaj bin Yusuf, tidak lama setelah pulang dari pertemuan itu, lidahnya kaku dan akalnya hilang sehingga ia harus makan dan buang air di tempat tidur. Ia juga pernah terlihat buang hajat di Masjid dalam keadaan tua bangka renta dan hilang akal gila.18. Abdullah bin Abul Hushain Al Azdi, tiga hari sebelum kematian Al Husain Ra pada perang Thaf, dialah yang menduduki dan menutup saluran air di Karbala, ia sengaja mendudukinya agar cucu Nabi itu tidak bisa mendapatkan air minum. Selang berapa lama setelah terjadi tragedy Karbala Abdullah bin Abul Hushain jatuh sakit, ia minum air kolam lalu muntah, ia mencoba minum lagi hingga kenyang, tetapi kemudian ia muntah. Setelah itu dia minum lagi tapi dahaganya tidak pernah hilang. Derita ita terus menyertainya hingga ia Yazid bin Muawiyah. Pada masa pemerintahannya, Yazid hampir dibenci semua orang. Pemberontakan terhadap kepemimpinannya berulang kali terjadi termasuk di Madinah, bahkan hampir seluruh penduduk kota ini ikut memberontak. Untuk mengatasi hal tersebut, Yazid mengirim pasukan untuk menumpas mereka hingga meletuslah Perang Hurrah yang sangat terkenal itu. Namun Allah tidak membiarkan Yazid bertahta lama, kekuasaannya hanya bertahan tidak lebih dari 4 Keluarga dan Pengikut Al Husain Ra yang gugur dan tercatat adalah 1. AL Husain Ra/Sayyidina Husain Asshibti/Abu Syuhada bin Ali bin Abi Thalib2. Al Abbas bin Ali bin Abi Thalib, 34 tahun3. Jaโ€™far bin Ali bin Abi Thalib, 19 tahun4. Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, 25 tahun5. Muhammad bin Ali bin Abi Thalib antara 20 โ€“ 25 tahun6. Abubakar bin Ali bin Abi Thalib antara 20 โ€“ 25 tahun7. Ustman bin Ali bin Abi Thabli antara 20 โ€“ 25 tahun8. Abdullah bin Al Husain ra, 25 tahun9. Ali Akbar bin Al Husain ra, 19 tahun10. Abu Bakar bin Al Hasan bin Al Hasan Qasim bin Al Hasan ra13. Aun bin Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalib Abdullah bin Jakfar adalah Suami Sayyidah Zaenab RA14. Muhammad bin Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalib15. Jakfar bin Aqil bin Abi Thalib misan AL Husain Ra16. Abdurrahman bin Aqil bi Abi Thalib misan Al Husain Ra17. Abdullah bin Muslim bin Aqil bin Abi Thalib misan Al Husain Ra18. Muhammad bin Abu Saโ€™id bin Aqil bin Abi Thalib19. Sulaiman pembantu setia Al Husain Ra20. Manjah pembantu setia Al Husain Ra bin Baqtar pembantu setia Al Husain raWallahu Aโ€™lam Bisshowwabโ€ฆHMH Al Hamid Al Husaini. AL Husain bin Ali Ra-Pahlawan Besar Dan Kehidupan Islam Pada Zamannya, Semarang Toha Putra, Hasan Al Husaini. Hasan & Husain The Untold Story, Jakarta Pustaka Imam Syafii, 2013Al Imam Jalaludin Suyuti, Tarikh Khulafa, Jakarta Darul Kutub Al Islamiah, 2011. CucuRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma gugur terbunuh di tanah Karbala. Tragis dan mengenaskan. Dan Yazid bin Muawiyah pun jadi tersangka tunggal dalam tragedi ini. Nama Yazid busuk. Bahkan bapaknya Muawiyah radhiyallahu anhu pun tercemar. JAKARTA, - Kisah terbunuhnya cucu Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah merupakan peristiwa sejarah yang sangat memilukan bagi umat Islam. Pada hari itu, Sayyidina Husain, cucu Rasulullah Saw terbunuh di Karbala yang akhirnya dikenal dengan peristiwa ini dilakukan oleh kelompok pro-khalifah pada masa itu. Yaitu pendukung Yazid bin Muโ€™awiyah. Menurut beberapa pakar sejarah, meskipun sebenarnya khalifah Muawiyah tidak menghendaki tentang pembunuhan itu. Baca Juga Peristiwa itu memang sangat kejam dan tragis bagi siapa yang merenungkan ataupun membaca kisahnya. Sebab yang dibunuh adalah orang yang sangat dicintai Rasulallah sebuah hadis diriwayatkan mengenai peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husain Baca Juga ุฑููˆููŠูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูู…ู‘ู ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠู’ ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ููŠู’ ุฅูุฐู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ููŽุทูŽุงู„ูŽุนู’ุชูู‡ูู…ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูŽุงุจู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุงูŽู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู„ู’ุนูŽุจู ูˆูŽูููŠู’ ูŠูŽุฏู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูุทู’ุนูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุทููŠู’ู†ู ูˆูŽุฏูู…ููˆู’ุนูู‡ู ุชูŽุฌู’ุฑููŠู’Diceritakan dari Ummi Salamah โ€“radhiyallaahu anhaa- beliau berkata Adalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam didalam rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu anhu kepada beliau. Maka aku memandang keduanya dari itu Husain radhiyallaahu anhu bermain-main diatas dada Nabi shallallaahu alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalirููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽู‚ูู„ู’ุชู ุจูุฃูŽุจููŠู’ ูˆูŽุฃูู…ู‘ููŠู’ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุทูŽุงู„ูŽุนู’ุชููƒูŽ ูˆูŽูููŠู’ ูŠูŽุฏููƒูŽ ุทููŠู’ู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุชูŽุจู’ูƒููŠู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ููŠู’ ู„ูŽู…ู‘ูŽุง ููŽุฑูุญู’ุชู ุจูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏู’ุฑููŠู’ ูŠูŽู„ู’ุนูŽุจู ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠู’ ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ูˆูŽู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽู†ููŠู’ ุงูŽู„ุทู‘ููŠู’ู†ูŽุฉูŽ ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูŠูู‚ู’ุชูŽู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ููŽู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽูƒูŽูŠู’ุชูDan ketika Husain radhiyallaahu anhu sudah keluar, maka akupun masuk kepada beliau, maka aku berkata โ€œDengan bapakku dan dengan ibuku kalimat aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku โ€œKetika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35ูˆูŽุฑููˆููŠูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู‡ูŽุง ุงูŽู„ู’ู‚ูŽุงุฑููˆู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูููŠู’ู‡ูŽุง ุชูุฑู’ุจูŽุฉู ู…ูŽู‚ู’ุชูŽู„ู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุชูุฑูƒูุชู’ ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ูŽุงDiceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam memberinya Ummu Salamah sebuah botol yang di dalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan di ู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฌูŽุงุกูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽู‚ู’ุชููˆู’ู„ูŒ ูููŠ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ูˆูŽุฃูŽุฑูŽุงู‡ู ู…ูู†ู’ ุชูุฑู’ุจูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูŠูู‚ู’ุชูŽู„ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุดูŽู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽูŠู’ุญูŽ ูƒูŽุฑู’ุจูŽู„ูŽุงุกูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุตูŽุงุฑูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ุฏูŽู…ู‹ุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูุชูู„ูŽ ุงูุจู’ู†ููŠู’ ุงูŽู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ูHal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan dibunuh diatas tanah ini, dan dia Jibril memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun mencium tanah tersebut seraya berkata โ€œCelaka Karbala !โ€Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah โ€œJika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Husain dibunuh.โ€ููŽุงู†ู’ุชูŽุจูŽู‡ูŽุชู’ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูุฌูŽุงุฑููŠูŽุชูู‡ูŽุง ุงูุฐู’ู‡ูŽุจููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุณู‘ููˆู’ู‚ู ููŽุงู†ู’ุธูุฑููŠู’ ู…ูŽุง ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ููŽุฑูŽุฌูŽุนูŽุชู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽุงุฑููŠูŽุฉู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ู’ุชู’ ู‚ูุชูู„ูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุจู’ู†ู ุนูŽู„ููŠู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูDan ketika dilihatnya tanah menjadi darah maka terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya โ€œPergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa disana.โ€. diapun pergi kepasar dan pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata Husain bin Ali radhiyallaahu anhu dibunuh.โ€Wallahu A'lam PISS-KTB Editor Kastolani Marzuki Follow Berita iNewsMaluku di Google News Merekacenderung mengangkat Sa'ad bin Ubadah (pemimpin dari kalangan Khazraj), sementara pada waktu itu ia dalam keadaan sakit. Di sisi lain, kelompok Muhajirin, yang diwakili oleh Abu Bakar, Umar dan Abu 45 Hitti, History, hlm. 174 . 46 dan orang tersebut adalah Ali ibn Abi Thalib, menantu sekaligus sepupu Muhammad dan salah satu dari
Hanif Qordowi Sejarah Thursday, 21 Oct 2021, 1626 WIB Sejarah terbunuhnya Ali Bin husein Dalam menyikapi para sahabat dan orang shaleh di masa lalu adalah mencari informasi dari jalur yang shahih , untuk itu narasi sejarah jika tidak menampilkan riwayat yang shahih akan mengakibatkan fitnah besar orang orang yang memiliki kedekatan dengan rasul , harus di ingat baik baik bahwa yazid bin muawiyah tidak pernah untuk membunuh Al Husain bin Ali di karbala. pasukan yang di pimpin oleh Ubaidullah bin Ziyad di kirim oleh Yazid ke daerah khuffah untuk meredam kekacauan di sana, di saat ketika pasukan ini sampai di khuffah posisi Al Husain masih di Makkah dan belum berangkat ke khuffah. Jadi, jika kita sudah memahami bahwa Yazid mengutus Ubaidullah ke khuffah bukan untuk membunuh Al husain. Yang berarti inisiatif untuk membunuh Al Husain adalah inisiatif Ubaidullah sendiri bukan perintah dari Yazid bin Muawiyah. karena jika sasaran Yazid adalah Al Husain tentu saja ia akan mengirim Ubaidullah ke Makkah karena Al Husain berada di Makkah. jadi disini penulis sudah memahami jika Yazid bin Muawiyah tidak bersalah dalam masalah ini. kemudian mengapa Al Husain berangkat menuju khuffah dengan hanya membawa pengawal yang tidak banyak? Dengan Hanya membawa keluarganya saja sekitar kira kira 73 orang , hal itu karena orang-orang khuffah teralalu memberikan iming-iming kepada Al Husain, orang-orang khuffah di Irak mengira sebenarnya sudah dikenal sebagai orang-orang penuh dengan tipu daya Ali bin Thalib sendiri yang wafat di tangan mereka sehingga ada isu istiliah orang-orang khuffah itu hatinya untuk Ali bin Abi Thalib tetapi pedang-pedang mereka mengahabisi Ali bin Abi Thalib dan keluarganya. orang-orang khuffah memberikan iming-iming kepada Al Husain akan memberikan baiat mereka kepada Al Husain karena mereka tidak suka dengan Yazid, bukan hanya baiat tetapi juga pasukan besar dan juga dukungan yang dari seluruh penduduk irak , mulainya Al Husain tidak langsung percaya kabar itu , maka ia mengirimkan Muslim bin Aqil bin Abi Thalib yaitu sepupu Al Husein menuju ke khfufah untuk melihat keadaan lokasi tersebut, ketika sampai di khuffah muslim menemukan penduduk irak menghendaki Al Husein yang menjadi khalifah, sehingga mereka pun membaitkan Al Husein melalui Muslim bin Aqil. para musisi Al Husein dan muslim sama sekali tidak mengetahui tentang busuknya orang-orang khuffah ini padahal hakikatknya mereka ini lah orang-orang yang paling tidak berpinsip di dalam membela Al Husein, ketika Ubaidullah bin Ziyad di utus oleh yazid bin muawiyah ke khuffah untuk meredakan gejolak di khuffah. malahan, orang-orang khuffah justru ketakutan dan meninggalkan Muslim bin Aqil dengan kira-kira 30 orang pengwalnya , sedangkan di saat itu Ubdaidullah membawa kira-kira mungkin 1000 pasukan , para orang-orang yang katanya mendukung Al Husein justru mereka itu pengecut sejati, mereka meninggalkan Muslim bin Aqil dengan 30 orang pegawalnya, muslim pun di tangkap dan dibunuh oleh Ubaidullah. dan harus di ingat kembali, bahwa yang membunuh Muslim bin Aqil adalah inisiatif Ubaidullah itu sendiri bukan perintah Yazid , karena Yazid bin Muawiyah mengutus Ubadiullah ke khuffah untuk meredam gejolak orang-orang khuffah yang sudah ia ketahui seperti apa watak dan sifat mereka , orang-orang khuffah penuh dengan tipu daya dan licik, sekali lagi penulis ingatkan bahwa Ali bin Abi Thalib gugur di tangan mereka yaitu orang-orang khuffah , Al Husein sendiri tidak tahu apa yang terjadi di Khuffah saat itu , ia berangkat menuju Khuffah karena melihat adanya maslahat dengan hadirnya beliau di sana , beliau hanya membawa 73 orang keluarganya saja, hal ini menujukkan bahwa Al Husein percaya kepada orang-orang khuffah yang berjajnji memberikan dukungan baiat kepada mereka Al Husein , para sahabat rasul saat itu masih hidup seperti Sayid Al Khudri dan juga keluarga Nabi seperti Ibnu Abbas , telah memberikan saran kepada Al Husein untuk tidak berangkat ke Khuffah , mereka telah mengingatkan Al Husein bahwa ayahnya Ali bin Abi Thalib , gugur karena orang orang khuffah , namun Al Husein berangkat dengan rasa bimbang akan baik dan buruknya, lalu ketika Al Husein di pertengahan jalan beliau mendapatkan kabar bohong, bahwa Muslim bin aqil telah di bunuh di Khuffah, Al Husein pun sadar keputusannya ke khuffah adalah sesuatu yang salah , namun keluarga muslim mendesak Al Husein , mereka menuntut Al Husein mencari keadilan atas terbunuhnya Muslim bin Aqil, maka Al Husein pun melanjutkan perjalanan menuju khuffah ketika beliau sampai di karbala , beliau bertemu dengan pasukan yang di bawa oleh Ubaidullah bin Ziyad, disana lah pertempuran yang tidak seimbang itu terjadi , dan disni lah tipu daya orang-orang khuffah berulah , ketika mereka mengetahui Al Husein datang menuju Khuffah mereka tidak memberikan sambutan sama sekali dan ketika terjadi pertemuran di karbala , tidak ada satupun batang hidung orang-orang khuffah yang memberikan pertolonga kepada Al Husein , dan dari sinilah penulis paham bahwa orang-orang Syiah itu jahat busuk akan jiwanya , setelah orang-orang Ubaidullah bin Ziyad membunuh Al Husein dan memenggal kepalanya para ahlul bait dan orang-orang yang mengikuti Al Husein , mereka meletakkan Al Husein di dalam suatu bejana , dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam bukhari di nomor 3748, sangat jelas kali bahwa pembunuh Al Husein di karabala adalah pasukan Ubadiullah bin Ziyad , padahal Ubaidullah bin Ziyad adalah pendukung Ali pada perang Shiffin , dan membela ali pada saat itu , tetapi dengan tanganya itulah Al Husein gugur sebagai seorang syekh, meskipun Yazid bin Umaiyyah tidak bersalah di dalam ini, tapi para ulama sejarah menyalahkan yazid dalam satu hal yaitu , beliau tidak menangkap Ubadiullah dan mengkhisos Ubadiullah , padahal dia sudah jelas menyalahi perintah Yazid dan membunuh Al Husein beserta Alul bait bersamanya dengan sangat keji dan melampaui batas, karena itulah banyak orang-orang menuduh hal-hal negatif kepada Yazid bin Umaiyah Kira-kira itulah sejarah singkat yang penulis bisa sampaikan semoga dari sini bagi para pembaca bisa mengambil pelajaran bahwa dalam menyikapi dalam suatu hal kita harus mengambil jalur tengah yaitu tidak berlebihan dan juga tidak meremehkan, dan kita juga mengambil jalur yang paling shahih karena itu yang paling aman dari pada bakalan timbul sebuah fitnah di massa yang akan datang. sejarah karbala agama Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Sejarah
EkstremisKhawarij yang dipimpin Abdullah bin Wahab ar-Rasibi merencanakan pembunuhan terhadap Ali dan Muawiyah. Sang gubernur Syam lolos. Tidak demikian halnya dengan Ali. Ayahanda Hasan dan Husain itu syahid dibunuh saat sedang memimpin shalat Subuh di Masjid Kufah. Sepeninggalan Ali, kaum Khawarij semakin membabi-buta.
Lelaki itu berusia sekitar 58 tahun. Pada hari kesepuluh bulan Muharram, di tahun 61 H, selepas menunaikan shalat subuh, dia bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Pria itu menatap pasukan yang tengah mengepungnya. Mulailah dia berpidato yang begitu indah dan menyentuh hati ู‚ุงู„ ุฃู…ุง ุจุนุฏุŒ ูุงู†ุณุจูˆู†ูŠ ูุงู†ุธุฑูˆุง ู…ู† ุฃู†ุงุŒ ุซู… ุงุฑุฌุนูˆุง ุฅู„ู‰ ุฃู†ูุณูƒู… ูˆุนุงุชุจูˆู‡ุงุŒ ูุงู†ุธุฑูˆุงุŒ ู‡ู„ ูŠุญู„ ู„ูƒู… ู‚ุชู„ูŠ ูˆุงู†ุชู‡ุงูƒ ุญุฑู…ุชูŠุŸ ุฃู„ุณุช ุงุจู† ุจู†ุช ู†ุจูŠูƒู… ุต ูˆุงุจู† ูˆุตูŠู‡ ูˆุงุจู† ุนู…ู‡ุŒ ูˆุฃูˆู„ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ู…ุตุฏู‚ ู„ุฑุณูˆู„ู‡ ุจู…ุง ุฌุงุก ุจู‡ ู…ู† ุนู†ุฏ ุฑุจู‡! ุงูˆ ู„ูŠุณ ุญู…ุฒุฉ ุณูŠุฏ ุงู„ุดู‡ุฏุงุก ุนู… ุฃุจูŠ! ุฃูˆู„ูŠุณ ุฌุนูุฑ ุงู„ุดู‡ูŠุฏ ุงู„ุทูŠุงุฑ ุฐูˆ ุงู„ุฌู†ุงุญูŠู† ุนู…ู‰! [ุงูˆ ู„ู… ูŠุจู„ุบูƒู… ู‚ูˆู„ ู…ุณุชููŠุถ ููŠูƒู… ุฅู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุต ู‚ุงู„ ู„ูŠ ูˆู„ุฃุฎูŠ ู‡ุฐุงู† ุณูŠุฏุง ุดุจุงุจ ุฃู‡ู„ ุงู„ุฌู†ุฉ!] ูุฅู† ุตุฏู‚ุชู…ูˆู†ูŠ ุจู…ุง ุฃู‚ูˆู„- ูˆู‡ูˆ ุงู„ุญู‚- ููˆ ุงู„ู„ู‡ ู…ุง ุชุนู…ุฏุช ูƒุฐุจุง ู…ุฐ ุนู„ู…ุช ุฃู† ุงู„ู„ู‡ ูŠู…ู‚ุช ุนู„ูŠู‡ ุฃู‡ู„ู‡ุŒ ูˆูŠุถุฑ ุจู‡ ู…ู† ุงุฎุชู„ู‚ู‡ุŒ ูˆุฅู† ูƒุฐุจุชู…ูˆู†ูŠ ูุฅู† ููŠูƒู… ู…ู† ุฅู† ุณุฃู„ุชู…ูˆู‡ ุนู† ุฐู„ูƒ ุฃุฎุจุฑูƒู…ุŒ ุณู„ูˆุง ุฌุงุจุฑ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฃู†ุตุงุฑูŠุŒ ุฃูˆ ุฃุจุง ุณุนูŠุฏ ุงู„ุฎุฏุฑูŠุŒ ุฃูˆ ุณู‡ู„ ุจู† ุณุนุฏ ุงู„ุณุงุนุฏูŠุŒ ุฃูˆ ุฒูŠุฏ ุจู† ุฃุฑู‚ู…ุŒ ุฃูˆ ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒุŒ ูŠุฎุจุฑูˆูƒู… ุฃู†ู‡ู… ุณู…ุนูˆุง ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ู‚ุงู„ู‡ ู…ู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุต ู„ูŠ ูˆู„ุฃุฎูŠ. ุฃูู…ุง ููŠ ู‡ุฐุง ุญุงุฌุฒ ู„ูƒู… ุนู† ุณููƒ ุฏู…ูŠ! โ€œLihat nasabku. Pandangilah siapa aku ini. Lantas lihatlah siapa diri kalian. Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan menciderai kehormatanku. โ€œBukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu? Bukankah aku ini anak dari washi dan keponakan Nabimu, yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu? โ€œBukankah Hamzah, pemuka para syuhada, adalah Pamanku? Bukankah Jaโ€™far, yang akan terbang dengan dua sayap di surga, itu Pamanku? โ€œTidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku โ€œkeduanya adalah pemuka dari pemuda ahli surgaโ€? โ€œJika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan, dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku, maka tanyalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Saโ€™id al-Khudri, Sahl bin Saโ€™d, Zaid bin Arqam dan Anas bin Malik, yang akan memberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku. โ€œTidakkah ini cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?โ€ Kata-kata yang begitu eloknya itu direkam oleh Tarikh at-Thabari 5/425 dan Al-Bidayah wan Nihayah 8/193. Namun mereka yang telah terkunci hatinya tidak akan tersadar. Pasukan yang mengepung atas perintah Ubaidullah bin Ziyad itu memaksa pria yang bernama Husein bin Ali itu untuk mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Muโ€™awiyah. Tidakkah ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa pertarungan di masa Khilafah dulu itu sampai mengorbankan nyawa seorang Cucu Nabi SAW. Apa masih mau bilang khilafah itu satu-satunya solusi umat? Simak pula bagaimana Ibn Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah bercerita bagaimana Sayidina Husein terbunuh di Karbala pada 10 Muharram asyura. Pasukan memukul kepala Husein dengan pedang hingga berdarah. Husein membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya. Dan dengan cepat balutan kain terlihat penuh dengan darah Husein. Ada yang kemudian melepaskan panah dan mengenai leher Husein. Namun beliau masih hidup sambil memegangi lehernya menuju ke arah sungai karena kehausan. Shamir bin Dzil Jawsan memerintahkan pasukannya menyerbu Husein. Mereka menyerang dari segala penjuru. Mereka tak memberinya kesempatan untuk minum. Ibn Katsir menulis โ€œYang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid.โ€ Al-Bidayah, 8/204. Anas melaporkan bahwa ketika kepala Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidullah bin Ziyad, yang kemudian memainkan ujung tongkatnya menyentuh mulut dan hidung Husein, Anas berkata โ€œDemi Allah! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini.โ€ Ibn Katsir mencatat 72 orang pengikut Husein yang terbunuh hari itu. Imam Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa mencata 4 ribu pasukan yang mengepung Husein, dibawah kendali Umar bin Saโ€™d bin Abi Waqash. Pada hari terbunuhnya Husein, Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Mentari merapat laksana kain yang menguning. Terjadi gerhana matahari di hari itu. Langit terlihat memerah selama 6 bulan. Imam Suyuthi juga mengutip dari Imam Tirmidzi yang meriwayatkan kisah dari Salma yang menemui Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad, yang saat itu masih hidup Ummu Salamah wafat pada tahun 64 H, sementara Husein terbunuh tahun 61 H. Salma bertanya โ€œMengapa engkau menangis?โ€ Ummu Salamah menjawab โ€œSemalam saya bermimpi melihat Rasulullah yang kepala dan jenggot beliau terlihat berdebu. Saya tanya mengapa engkau wahai Rasul?โ€™ Rasulullah menjawab โ€œsaya baru saja menyaksikan pembunuhan Husein.โ€™โ€ Begitulah dahsyatnya pertarungan kekuasaan di masa khilafah dulu. Mereka tidak segan membunuh cucu Nabi demi kursi khalifah. Apa mereka sangka Rasulullah tidak akan tahu peristiwa ini? Lantas apakah mereka yang telah membunuh Sayidina Husein kelak masih berharap mendapat syafaat datuknya Rasulullah di padang mahsyar? Dalam kisah yang memilukan ini sungguh ada pelajaran untuk kita semua. Al-Fatihah... Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, Dosen Senior Monash Law School Australia
Padasaat itu lima ratus mashaf Al-Qur'an diangkat di ujung lembing tentara Mu'awiah, yang mengubah seluruh wajah pertempuran. Pedang-pedang berhenti bergerak, senjata penipuan berhasil, dan jalan terbuka bagi berkuasanya kebatilan. Dalam pertempuran ini 45.000 tentara Suriah tewas sementara 25.000 tentara 'Iraq gugur.
- Pemimpin Islam setelah Rasulullah dan khalifah pertama Abu Bakar wafat mengalami berbagai ujian. Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua tewas dibunuh Abu Luโ€™Luโ€™ah, seorang pandai besi asal Persia. Ia mendendam setelah Persia ditaklukkan pasukan Islam. Pada suatu pagi saat Umar bin Khattab dan kaum Muslimin melaksanakan salat Subuh di Masjid Nabawi, Abu Luโ€™Luโ€™ah menikam tubuh khalifah hingga tersungkur dan meninggal dunia. Sementara khalifah ketiga, Utsman bin Affan, tewas dibunuh kaum oposisi saat terjadi krisis politik yang tidak puas dengan kepemimpinannya. Kaum Muslimin yang datang dari Mesir, Bashrah, dan Kufah mengepung rumah khalifah selama hampir empat puluh hari. Utsman bin Affan akhirnya tewas dihunjam dua tombak pendek milik para oposisi. Dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat meninggal dunia dibunuh Abdurrahman bin Muljam, seorang kaum Khawarij, ketika ia sedang wudu untuk menunaikan salat Subuh. Abdurrahman bin Muljam yang datang tiba-tiba mengayunkan pedangnya yang terhunus. Khalifah keempat itu tak sempat mengelak hingga pedang mengenai kepalanya dan ia roboh. Beberapa saat kemudian ia meninggal dunia. Sejak kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah dari Bani Umayyah yang berkedudukan di Syam atau Suriah terus merongrong. Ia berambisi merebut tampuk kekuasaan khalifah. Dua hari sepeninggal Khalifah Ali bin Abi Thalib, kaum Muslimin di Kufah sebagai pusat pemerintahan Islam membaiat Hasan bin Ali selanjutnya ditulis Hasan. Menurut Al-Hamid Al-Husaini dalam Al-Husein bin Ali, Pahlawan Besar dan Kehidupan Islam pada Zamannya 1978, beberapa saat sebelum Ali bin Abi Thalib wafat, salah seorang sahabatnya bertanya apakah para pengikutnya harus membaiat salah satu putranya, yakni Hasan. Ali bin Abi Thalib menjawab, โ€œAku tidak menyuruh dan tidak melarang.โ€ Mulanya Hasan enggan menerima pembaiatan dirinya sebagai khalifah, tapi ia didesak penduduk Kufah sehingga akhirnya menerimanya. โ€œKeengganan itu tampak sekali dari sikapnya yang pasif selama dua bulan sejak dibaiat sebagai khalifah. Selama itu ia tidak mengambil langkah apa pun juga terhadap ancaman Muawiyah bin Abu Sufyan di Syam yang sudah siap siaga hendak mencaplok seluruh dunia Islam,โ€ tulis Al-Hamid Al-Husaini. Karakter Hasan yang lebih menyukai perdamaian membuat ia mengirim surat kepada Muawiyah, isinya mengajak Muawiyah untuk bergabung bersama orang-orang yang telah membaiatnya sebagai khalifah. Namun, Muawiyah yang telah berpengalaman dalam dunia politik justru menjawabnya dengan sinis. โ€œJika aku yakin bahwa engkau lebih tepat menjadi pemimpin daripada diriku, dan jika aku yakin bahwa engkau sanggup menjalankan politik untuk memperkuat kaum Muslimin dan melemahkan kekuatan musuh, tentu kedudukan khalifah akan kuserahkan kepadamu,โ€ jawabnya. Muawiyah lalu melanjutkan dalam surat balasannya bahwa dirinya yakin jika ia lebih sanggup menjadi khalifah daripada Hasan karena lebih tua dan berpengalaman. Ia bahkan menyuruh Hasan untuk mendukung dirinya sebagai khalifah. Muawiyah lalu membawa pasukannya yang besar dari Syam menuju Kufah untuk menggulingkan Hasan yang telah dibaiat sebagai khalifah. Mendengar kabar pergerakan pasukan Muawiyah, Hasan mengumpulkan penduduk Kufah untuk bersiap melawan pasukan tersebut. Namun, penduduk Kufah yang telah membaiatnya sebagai khalifah justru merosot mentalnya. Sebagian dari mereka tidak menyambut seruan khalifah. Hanya sebagian saja yang bersiap maju ke medan pertempuran. Nahas, Ubaidillah bin Abbas, orang yang ditunjuk untuk memimpin pasukan yang bersiap membela khalifah tersebut ternyata berkhianat dan berbalik mendukung Muawiyah. Hal ini membuat semangat pasukan longsor. Malah karena persoalan politik lainnya, mayoritas penduduk Kufah berbalik hendak menjatuhkan khalifah. Di tengah situasi yang rumit tersebut, khalifah akhirnya memutuskan untuk melakukan perdamaian dengan Muawiyah. Salah satu poin perjanjian damai tersebut adalah menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, yang dikutip Hamka dalam pengantar di buku karya Al-Hamid Al-Husaini, Rasulullah bersabda โ€œSesungguhnya anakku [Hasan]โ€”Rasulullah kerap memanggil cucunya dengan ungkapan anakkuโ€™โ€”ini adalah Sayid Tuan. Dan moga-moga Allah akan mendamaikan dengan anak ini di antara dua golongan kaum Muslimin.โ€ Hal ini, menurut Hamka, memang terjadi pada tahun 40 Hijriyah saat Hasan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah, sehingga dua kubu yang berseteru dapat bersatu di bawah kekhalifahan Muawiyah. โ€œTahun penyerahan kuasa itu dinamai orang Aamul Jamaahโ€™ atau tahun bersatu kembali,โ€ tulis Baiat dari Kufah Hasan yang telah menyerahkan kekhalifahannya kepada Muawiyah akhirnya meninggalkan Kufah dan pergi ke Madinah. Sampai akhir hayatnya ia tinggal di kota tersebut. Sementara Muawiyah meninggal dunia pada tahun ke-60 Hijriyah setelah sebelumnya menobatkan Yazid bin Muawiyah selanjutnya ditulis Yazid, anaknya, sebagai putra mahkota yang akan meneruskan kepemimpinannya. Sepeninggal dua orang tersebut, sejarah mencatat bahwa kebencian Muawiyah kepada Ali bin Abi Thalib dan kebencian Muawiyah kepada Hasan, terus berlanjut ketika Yazid berkuasa yang membenci Husein, adiknya Hasan. Hal inilah yang akhirnya mengobarkan perang, atau lebih tepatnya pembantaian terhadap Husein dan pengikutnya di Karbala. Dalam catatan Al-Hamid Al-Husaini, kebencian Muawiyah terhadap Ali bin Abi Thalib dilatari tiga hal Pertama, fanatisme kekabilahan yang secara turun-temurun menanamkan kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Bani Hasyim Ali bin Abi Thalib keturunan Bani Hasyim. Kedua, karena Muawiyah tahu bahwa dalam peperangan masa lalu antara kaum Musyirikin Quraisy dan kaum Muslimin, banyak keluarga dan kerabatnya yang tewas di ujung pedang Ali bin Abi Thalib. Ketiga, Muawiyah mengenal tabiat Ali bin Abi Thalib sebagai sahabat Nabi yang keras membela kebenaran dan keadilan serta berani bertindak tegas terhadap kebatilan dan kezaliman. Naiknya Yazid sebagai penguasa baru yang berkedudukan di Damaskus, Syam, segera mengintai keselamatan Husein yang tinggal di Madinah. Mata-mata berkeliaran mengawasi gerak-gerik cucu Rasulullah tersebut. Demi keselamatan, ia beserta keluarganya akhirnya pindah ke Makkah. Penduduk Kufah yang semula daerahnya dijadikan pusat pemerintahan kekhalifahan, merasa kecewa dengan kepemimpinan Yazid. Mereka mengharapkan perubahan, dan harapan itu mereka sandarkan kepada Husein. Mereka lalu meminta Husein untuk pergi ke Kufah untuk mereka baiat sebagai khalifah. Dalam surat permintaan yang diterima Husein, mereka menyatakan bahwa lebih dari penduduk Muslimin Kufah telah siap menerima kedatangannya. Meski kabar tersebut merupakan angin segar bagi Husein karena ternyata ada dukungan yang begitu besar untuk menghadapi kezaliman Yazid, tapi ia tak buru-buru menerima permintaan tersebut. Mula-mula ia mengutus Muslim bin Aqil pergi ke Kufah untuk memperoleh keterangan yang pasti tentang keadaan yang sebenarnya. Tak lama setelah tiba di Kufah, Muslim bin Aqil menulis surat kepada Husein yang isinya menginformasikan bahwa penduduk Kufah telah bulat untuk membaiat Husein sebagai khalifah. Namun, kabar kedatangan Muslim bin Aqil ke Kufah dan rencana pembaiatan Husein sebagai khalifah terdengar oleh Yazid. Ia lalu mengganti kepada daerah Kufah, Nuโ€™man bin Bisyr oleh Ubaidillah bin Ziyad yang terkenal kejam. Pergantian kepala daerah tersebut membuat penduduk Kufah ketakutan, dan nasib Muslim bin Aqil pun diintai marabahaya. Setelah mencoba bersembunyi di rumah penduduk, akhirnya Muslim bin Aqil tertangkap dan dibunuh pasukan Ubaidillah bin Ziyad. Situasi Kufah yang telah berubah drastis dan terbunuhnya Muslim bin Aqil tak segera diketahui Husein. Kabar yang ia terima lewat surat yang dikirimkan utusannya tempo hari membuat Husein yakin untuk berangkat ke Kufah. Sejumlah sahabat dan keluarga Husein menasihatinya agar ia membatalkan niatnya untuk berangkat ke Kufah. Mereka mencemaskan Husein dan ragu akan sikap penduduk Kufah. โ€œAku khawatir kalau mereka membohongimu dan akan membiarkanmu menghadapi musuh seorang diri, bahkan tidak mustahil mereka akan berbalik menghantammu dan akan berlaku kejam terhadap keluargamu,โ€ Kata Abdullah bin Abbas, saudara Husein. Nasihat serupa disampaikan juga oleh Abdullah bin Jaโ€™far, ipar Husein. Ia tergesa-gesa menulis surat dari Madinah dan diantarkan langsung oleh kedua orang anak laki-lakinya kepada Husein. โ€œAku minta dengan sangat supaya anda membatalkan rencana keberangkatan ke Kufah setelah menerima suratku ini. Aku benar-benar khawatir kalau niat anda itu akan mengakibatkan anda binasa bersama segenap anggota keluarga anda. Kalau hal itu sampai terjadi, maka padamlah cahaya di permukaan bumi ini. Ingatlah, bahwa diri anda sesungguhnya adalah lambang semua orang beriman,โ€ tulis Abdullah bin Jaโ€™far. Pembantaian Karbala Namun, semua nasihat dan kekhawatiran yang terpancar dari keluarga dan para sahabatnya tidak berhasil membatalkan niat Husein untuk pergi ke Kufah. Keharuan menyelimuti penduduk Makkah saat mereka akhirnya terpaksa melepas Husein dan rombongannya yang hendak menuju Kufah pada 18 Zulhijah tahun ke-60 Hijriyah. Sebelum tiba di Kufah, Husein mengutus Qeis bin Mashar As-Saidawiy untuk pergi ke kota tersebut, untuk memastikan kembali situasi Kufah. Namun nahas, Qeis bin Mashar As-Saidawiy tertangkap Ubaidillah bin Ziyad dan pasukannya, lalu ia dibunuh. Saat Qeis bin Mashar As-Saidawiy pergi menjalankan perintahnya, datang kabar kepada Husein tentang kematian Muslim bin Aqil dan situasi Kufah yang telah berubah. Namun, Husein beserta sebagian rombongan terus melanjutkan perjalanan menuju Kufah. Kabar kedatangan Husein dan rombongannya di dekat perbatasan Kufah disambut dingin penduduk Kufah yang konon lebih dari ribu orang menyatakan janji setianya kepada Husein. Kekhawatiran keluarga dan sahabat Husein di Makkah yang menasihatinya agar tidak berangkat ke Kufah ternyata benar. Rombongan Husein tiba di Karbala pada 2 Huharram 61 Hijriyah di bawah pengawasan ketat pasukan berkuda utusan Ubaidillah bin Ziyad yang dipimpin oleh Al-Hurr bin Yazid At-Tamimiy. Sementara Ubaidillah bin Ziyad sang kepala daerah Kufah kemudian menyiapkan pasukan tempur berkekuatan 4000 orang dengan persenjataan lengkap yang dipimpin oleh Umar bin Saโ€™ad bin Abi 10 Muharam 61 Hijriyah atau 10 Oktober 680 Masehi, tepat hari ini 1338 tahun lalu, 4000 pasukan yang dipimpin Umar bin Saโ€™ad bin Abi Waqqash menyerbu rombongan Husein yang hanya berkekuatan 72 orang; 32 orang prajurit berkuda dan 40 orang pejalan kaki, selebihnya terdiri dari anak-anak dan perempuan. Pasukan Husein bertempur merangsek menghadapi hujan panah, lembing, tombak, dan ayunan pedang pasukan musuh. Namun, mereka akhirnya tumpas. Setelah pasukannya habis, akhirnya Husein pun Karbala merupakan kelanjutan dari riwayat panjang tentang perselisihan dan permusuhan kaum Muslimin sepeninggal Rasulullah. Karen Amstrong dalam Sepintas Sejarah Islam 2000 menyebutnya sebagai "fitnah" yang melanda dunia Islam. Dan Perang Karbala pula yang menjadi puncak permusuhan itu menjadi batu tapal dimulainya keterbelahan antara kaum Sunni dan Syiah secara luas di seluruh dunia. Persoalan politik itu seolah-olah menjadi hulu ledak bagi timbulnya perdebatan yang tak berkesudahan, sebab kemudian dibumbui juga oleh perbedaan lain yang disebut-sebut kaum Sunni sebagai perbedaan secara syariat dan akidah. Sunni dan Syiah sama-sama mencintai Ahlul Bait atau keluarga Rasulullah, tapi karena persoalan syariat dan akidah semakin meruncing, maka keduanya tak bisa disatukan laksana air dan pengantarnya di buku Al-Husein bin Ali, Pahlawan Besar dan Kehidupan Islam pada Zamannya 1978, Hamka menerangkan jika dirinya ditanya akan berpihak ke mana dalam pertentangan yang terjadi pada masa lalu itu, maka ia mengungkapkan bahwa dirinya akan berpendirian seperti para ulama terdahulu seperti Imam Abu Hanifah, Hasan Al Bishri, dan Umar bin Abdul Aziz yang berkata"Itulah darah-darah yang telah tumpah, yang Allah telah membersihkan tanganku dari percikannya; maka tidaklah aku suka darah itu melumuri lidahku." - Sosial Budaya Penulis Irfan TeguhEditor Ivan Aulia Ahsan
. 26 204 302 402 477 229 93 365

nasib pembunuh husain bin ali